Pocong di Tikungan Jalan
Tahun 2005, awal aku resmi menjadi mahasiswi bersama 6 teman lain yang berasal dari 1 SMA yang sama. Dari 7 org, 2 diantaranya cewek, termasuk aku. Pada waktu itu kami sengaja mudik malem2, naik motor rame2, kebut2an. Aku berboncengan dg "D" yang beberapa kali menyuruhku berpegangan agar tidak takut saat motor melaju kencang.
Aku slalu menolak, karena aku tak biasa pegangan saat membonceng. Pas melewati jalan sepanjang Tingkir, Suruh dst (rumah masih jarang dan gelap, sementara jalan berliku-liku), kami mulai kebut2an, kebetulan waktu itu aku dan "D" ada di posisi paling belakang. Pas mendekati tikungan, di ujung jalan aku liat ada asap. "Jam segini masih ada yang bakar sampah? Berarti ada orang", pikirku.
Tapi semakin dekat dengan tikungan itu asap itu semakin mengumpul menjadi satu dan berbentuklah sosok pocong dengan badan tinggi besar sedang melayang di ujung jalan menikung (karena jalan lebih tinggi daripada tanah) yang kebetulan aku juga sedang tepat berada di situ.
Dia menatapku, begitu pula aku yang pada saat itu jarak kami pas lagi deket2nya. Matanya merah bulat sebesar bola tenis, wajahnya coklat melepuh seperti plastik terbakar. Seketika itu aku tersadar bahwa yang aku lihat adalah pocong, kemudian aku menunduk dan mencengkram pinggang "D" dengan erat. "Kenapa? Takut karena terlalu kenceng ya?", tanya "D" sambil mengurangi kecepatan.
"Ngebuuuttt...!!!", teriakku ketakutan.
Itu dulu cerita dari saya, maaf belum begitu rapi. Masih pemula. Kapan2 saya tulis cerita seru lainnya :)