Kejawen
Aku dan semua orang di kampungku mengikuti aliran Kejawen (bahkan para ustad and pimpinan agamaku). Kami sering disebut aliran sesat, padahal inti dari aliran Kejawen adalah berkomunikasi dengan alam lain. Dan yang paling penting saling membantu dan meminta restu untuk melakukan sesuatu (misal saat panen kami memberi "sesajen" pada yang "punya" sawah).
Salah satunya yang tidak suka dengan kami adalah seorang pindahan asal Aceh. Dia boleh dibilang taat banget beragama, tapi dia enggak suka sama kami (masyarakat). Pernah waktu itu mbau-rekso (yang punya tempat) desa kami marah karena sudah hampir 3 bulan endak diberi "sesajen" lagi sehingga 3 warga kami hilang. Dan akhirnya kami adakan upacara khusus agar mbau-rekso enggak marah.
Upacaranya sih enggak sesesat yang kalian pikir. Kami meletakkan "sesajen" itu di pohon beringin dekat kuburan karena dipercaya dia tinggal disitu (ditambah dengan beberapa penampakan-nya). Kami juga memohon sama Yang Kuasa untuk membantu melepaskan mereka dari tangan mbau-rekso. Hasilnya, esok-nya mereka ditemukan di bawah pohon itu. Berikutnya kami melakukan upacara seperti biasa agar mbau-rekso enggak marah, dan memohon sama Yang Kuasa agar melindungi kami dari bencana.
"Sesajen" kami letakkan, kebetulan aku dapat tugas jaga ronda juga. Malam jam 01.58 aku melewati tempat itu dan aku terkejut. Untuk pertama kalinya aku lihat sosok mbau-rekso secara langsung. Wujudnya kayak genderuo, tinggi-nya aku taksir hampir 3 meter, tubuh-nya di selimuti sama bulu hitam, wajahnya kayak singa, gigi semua taring dan ada 2 taring di atas yang panjang banget, matanya hitam dan ada titik warna putih di tengah2 nya, kukunya hitam dan panjang banget, punya ekor juga. Dia dikelilingi sama makluk halus lain kayak pocong, kuntilanak dan genderuo. Yang bikin aku kaget adalah ada sundel bolong lagi liatin aku tepat disebelah kiri aku (aku tau dia sundel bolong karena dia langsung menuju ke mbau-rekso pas selesai mengambil "sesajen", belakang-nya bolong, bener kelihatan tulang punggungnya dan organ di dalamnya).
Aku diem adja melihat semua itu. Aku ingat sama kata kakak ku, "Kalau kamu ketemu sama mbau-rekso, lebih baik kamu diem adja jangan pergi karena bisa dianggap lancang sama dia". Setelah dia ambil, dia mendekat ke aku. Jujur aku takut banget. Terus aku bilang "Mbah kulo nyuwon ngapunten yen kulo ganggu panjenengan" (Kek aku minta maaf kalau aku mengganggu kamu). Dia masih deket ke aku dan dia bicara ke aku "Koe ki sopo le" (Kamu itu siapa nak), dengan suara berat dingin, dan bernada datar. "Kulo putro mriki mbah putro ne Jono" (Aku anak sini kek anak-nya Jono (ayah ku)). Setelah berkata itu dia menghilang dan terdengar suara "Aku ngekeki koe sak wisine pangikut`e aku men koe selamet" (Aku akan memberi kamu salah satu pengikutku agar kamu selamat).
Aku diam adja ampek kurasakan rasa panas, aku tau ada yang sedang masuk ke tubuhku karena kalau kita merasa panas berarti kita sedang kemasukan, dan kalau dingin berarti ada yang datang. Aku tak sadarkan diri. Kemudian aku bangun, dan kalian tau apa yang aku lihat pertama kali??? sosok kuntilanak sedang berada di sebelahku. Kelihatan banget dengan jelas malah. Wangi bunga kamboja tersengat dari tubuhnya, yah itu sih aku enggak kaget karena aku pernah liat kuntilanak dari dekat dan emang kembang kamboja jadi ciri khas kalau dia muncul.
So sekarang aku aman2 adja karena setiap ada yang mau jailin aku pasti aku diperingatkan sama dia. Kalau pagi/siang aku denger dia dari dalam tubuhku, kalau malam dia berbicara di sebelahku.
--- maaf kalau enggak serem tapi ini kisah nyataku---
Mohon komentarnya, dan buat yang penasaran sama orang pindahan dari Aceh itu akan ku ceritakan lagi nanti. So thanks.