Ilustrasi
KARENA pertimbangan sayang anak, Mukri, 30, enggan menceraikan istrinya yang terus “cari enak” bersama lelaki lain. Tapi kesabaran itu justru dibayar mahal, karena Mukri akhirnya malah tewas dibabat pedang oleh Dulmajid, 28, lelaki tetangga yang terus menyelingkuhi Ny. Napisah, 28.
Anak adalah perekat sebuah perkawinan. Banyak rumahtangga yang di ambang kehancuran, tapi pantang bercerai karena pertimbangan demi anak. Baik lelaki ataupun wanita, selalu merasa kasihan jika anak-anak hasil kerjasama nirlaba itu akhirnya jatuh dalam asuhan ayah ataupun ibu tiri. Mereka selalu berprinsip, “Biarlah yang menderita cukup aku saja, anak-anakku jangan sampailah.”
Agaknya Mukri termasuk salah satu anggota STN (Suami Trima Ngalah) itu. Karena kadung sudah punya anak satu, meski istrinya terus berselingkuh dengan lelaki tetangganya di Desa Kenongo Kecamatan Tulangan (Sidoarjo), dia masih bisa sabar dan memaafkan. Tapi ketika pasangan mesum itu makin nekad, di mana Napisah – Dulmajid berani bersetubuh di depan Mukri, kesabaran itu pun habis. Apesnya, saat lelaki penyabar itu memarahi Dulmajid, malah dijawab dengan sabetan pedang. Ya wasalamlah……..
Keluarga Mukri memang bertetangga dengan Dulmajid. Awalnya hubungan antar tetangga itu baik-baik saja. Tapi ternyata kemudian, bujangan tanpa pekerjaan jelas itu diam-diam menaruh bom waktu dalam rumahtangga Mukri. Apakah dia teroris? Teroris yang masuk radar BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Teroris) jelas bukan. Tapi setidaknya, Dulmajid memang bagian dari teroris rumahtangga. Dia merasa senang jika keluaga Mukri – Napisah itu bubar, karena dia ingin mengakuisi istri Mukri.
Secara tongkrongan Dulmajid memang lebih menjanjikan daripada suaminya, Mukri, yang penyabar sampai terkesan lamban. Jika ada masalah, Mukri memang selalu mempertimbangkan dari berbagai aspek, sehingga keputusan yang diambil selalu terlambat. Beda sekali dengan Dulmajid, segala sesuatu diputuskan thas-thes dan cepat, meski itu terkesan: pukul dulu urusan belakang.
Karena kondisi pisiknya itu, bisikan asmara Dulmajid diam-diam mengena pada hati dan sanubari Napisah. Ternyata setelah koalisi asmara itu dilanjutkan dengan eksekusi, ternyata hasilnya memang jan megah-megahke (luar biasa). Baik tongkrongan maupun “tangkringan” Dulmajid memang sangat mengasyikkan, sehingga akhirnya Napisah ketagihan dan melupakan suami selaku pemegang otoritas.
Selingkuh antartetangga memang mudah ketahuan, sehingga keluarga Mukri sampai pada saran, agar Napisah diceraikan saja. Dia tak baik dipertahankan sebagai istri. Tapi ya itu tadi, dengan alasan kasihan pada anaknya yang bakal jadi korban perceraian, Mukri memilih mempertahankan rumahtangganya. Solusinya, dia memberi nasihat panjang lebar pada istri bahwa berkhianat pada suami adalah dosa besar. “Kamu saya maafkan, tapi tolong jangan diulangi lagi,” begitu nasihat Mukri pada sang istri.
Tapi suami istri ini memang sudah kadung beda prinsip. Suami lebih berat pada anak, sedangkan istri lebih condong pada “butuh penak”. Maka meski suami sudah melarang jangan selingkuh lagi, Napisah nekad saja berhubungan dengan Dulmajid. Malah seperti yang terjadi beberapa hari lalu. Meski kepergok suami, Dulmajid – Napisah terus saja melanjutkan persetubuhan hingga usai.
Tentu saja habis kesabaran Mukri, sehingga dia mengomeli habis-habisan Dulmajid. Katanya, “Kamu masih muda, ganteng lagi, cari cewek yang lebih cantik dari istri saya juga bisa….!” Sayang, Dulmajid bukan mengaku salah, justru ambil pedang dan disabetkan ke kepala suami Napisah. Kerun saja suami malang ini ambruk mandi darah, dan saat dilarikan ke RSD Sidoarjo malah wasalam di jalan karena kehabisan darah.
Tapi cintanya pada istri tak pernah habis.