Kali ini cerita dari pembantu temenku, katanya dia nitip buat ditulisin disini. Ya oke-lah dari pada ngambek, lagian cerita-nya juga cukup serem, menurutku.
Namanya mak Yah, begitu temanku memanggilnya, dia adalah pembantu di keluarga teman kerja saya tersebut.
Mak Yah bercerita pada temanku, pada suatu saat ketika dia baru pulang dari bekerja. Jadi selama satu minggu dia bekerja di tempat temanku dan pada hari sabtu dia pulang ke rumahnya.
Kebetulan rumah nya dari tempat kerjanya memang jauh, saat hari, hari sabtu dia pun pulang untuk menemui keluarganya. Setelah turun dari angkutan kota, dia kemudian melanjutkan perjalanan menuju ke rumahnya yang memang biasa ia tempuh dengan berjalan kaki. Karena hari sudah menjelang malam, maka suasana perjalanan itu terasa mencekam, ia merasa tidak seperti biasanya, jalanan terlihat sangat lengang dan sepi, udara yang biasanya dingin terasa leih dingin dari biasanya. Ditambah pepohonan yang masih rimbun di kiri kanan jalan membuat perjalanan mak Yah kali ini tambah mencekam.
Hingga akhirnya ia harus melewati sebuah jembatan, dimana pada ujung jembatan itu rimbun ditumbuhi pohon bamboo. Dan kita tahu sendiri dimana ada tempat yang ditumbuhi pohon bambu, disitu pasti terdapat aura mistis yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Benar sekali, pada saat ia mulai melewati jembatan itu, dari jauh ia melihat seorang perempuan yang menurut cerita-nya bahwa perempuan itu sangat cantik, benar-benar cantik dengan kulit putih bersih dan berambut panjang. Ia bahkan memakai pakaian normal, kaki-nya pun menginjak tanah seperti manusia pada umumnya. Mak Yah trlihat lega, karena sedari tadi semenjak wal perjalanan ia selalu sendiri, ia beryukur karena akhirnya ia bertemu seseorang untuk teman berjalan. Ia pun menyusul perempuan itu dan pada saat sudah dekat dia kemudian menyapa.
“Mau pulang kemana mbak?” Tanya mak Yah.
Perempuan itu diam saja, dan teus berjalan tanpa menoleh ke arah mak Yah.
“Kalau mau pulang, bareng aja sama saya, saya juga mau kea rah sana.” Tipikal perempuan desa, meskiun dicuekin, tapi dia tidak perduli dan tetap bertanya.
Tiba-tiba perempuan itu menoleh kearahnya, awalnya ia hanya memandang mak Yah tanpa ekspresi, saat itu mak Yah baru menyadari bahwa muka perempuan itu bukannya putih bersih melainkan pucat seperti mayat.
Kemudian perempuan it terus memandang mak Yah, lama-lama bukan hanya sekedar memandang, tapi kemudian matanya melotot kea rah mak Yah. Semakin lama, mata itu semakin berubah menjadi lebar dan berubah warna menjadi merah semerah darah.
Mak Yah hanya terkesiap di tempatnya, dalam keadaan takut ia hanya mampu memandang perempuan yang lama-lama menjauh dari-nya yang kemudian tiba-tiba menghilang seperti asap pada pohon bamboo didepan.
Seketika mak Yah-pun mengambil langkah seribu dan sudah tidak menoleh lagi kebelakang.
